Allah SWT berfirman :
Karena sesungguhnya kesulitan itu disertai kemudahan, sesungguhnya kesulitan itu disertai kemudahan (Q.S. Al-Insyirah : 6-7).
Sebagai manusia, kita membutuhkan sejumlah hal baru berupa rangsangan tertentu dalam hidup. Berbagai ketidakpastian, kecemasan, atau tekanan lain sebenarnya dapat diolah menjadi semacam motivator diri guna mencapai sejumlah keinginan dan cita-cita. Adanya kemampuan ini dalam diri seseorang disebut gejala eustres yang berarti stres buruk yang berdampak positif (awalan eus dalam bahasa Yunani berarti baik). Inilah saat dimana kita mampu merasakan adanya kemudahan dibalik segala tuntutan, tantangan dan kondisi tekanan yang ada.
1. Apa itu stres ?
Stres menurut Vincent Cornelli, seorang psikolog ternama, merupakan suatu gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, serta dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam lingkungan tersebut. Secara spesifik, Richard Lazarus, psikolog yang banyak melakukan penelitian tentang stres, menganggap stres sebagai sebuah gejala yang timbul akibat adanya kesenjangan (gap) antara realita dan harapan, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, antara peluang dan potensi. Pada dasarnya stres merupakan gejala haria yang wajar dan pasti dialami setiap orang. Stres bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi harus dihadapi.
2. Gejala stres ?
Dalam mengelola stres, kita perlu mengenali gejala-gejalanya sedini mungkin. Lakukanlah pemeriksaan diri dengan memakai nilai ; tidak pernah sama sekali, kadang-kadang, cukup sering, sangat sering, terus-menerus secara konstan. Hal-hal yang perlu diperiksa menurut para psikolog, biasanya mencakup aspek :
- Perilaku/ tindakan (menurunnya kegairahan, pemakaian obat penenang atau minuman penambah vitalitas yang berlebihan, meningkatnya konsumsi kopi, penggunaan kekerasan atau tindakan agresif pada keluarga, gangguan pada kebiasaan makan, gangguan tidur, problem seksual, kecenderungan menyendiri, membolos dan tidak waspada).
- Proses sikap/ pikiran (pemikiran irasional dan kesimpulan bodoh, lamban dalam pengambilan keputusan, kecenderungan lupa dan penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, menyalahkan diri, pikiran selalu was-was dan perasaan kacau, bingung dan putus asa).
- Emosi/ perasaan (cepat marah dan murung, cemas/ takut/ panik, emosional dan sentimentil berlebihan, tertawa gelisah, merasa tak berdaya, selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain secaran berlebihan, depresi/ sedih berkepanjangan dan merasa diabaikan).
- Fisik/ fisiologis (sakit kepala dan sakit lainnya pada kepala, leher, dada, punggung, jantung berdebar, gangguan buang air besar, gatal-gatal, nyeri pada rahang, kerongkongan kering, sering buang air kecil dan perubahan pola makan, badan berkeringat tidak wajar).
3. Penyebab stres ?
Setelah kita mengenali gejalanya, penting untuk menelusuri faktor-faktor penyebab stres. Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Kerja/ belajar/ tugas-tugas rumah tangga (cenderung tidak punya waktu, terlalu banyak/ sedikit yang harus dilakukan, tidak mendapatkan ucapan terima kasih atau dihargai, tidak menyukai atasan, bawahan atau rekan kerja, tidak punya cukup keterampilan untuk menyelesaikan pekerjaan, kurang tantangan/ kebanyakan dan tidak ada tujuan dari apa yang dilakukan).
- Keluarga (merasa tidak punya keluarga dekat, merasa keluarga menyita banyak waktu, terlalu banyak tanggungan keluarga, jarang memiliki suasana kebersamaan keluarga, anggota keluarga sakit, kekerasan mewarnai keluarga, keuangan keluarga memprihatinkan).
- Masyarakat/ teman/ komunitas (tidak cukup banyak teman, kurang bergaul/ sosialisasi, tidak memiliki teman dekat yang dapat dipercaya dan tidak memiliki tempat curhat).
- Karakter persoal/ kepribadian (selalu gelisah, tertekan, khawatir dan merasa tidak aman/ terancam, tidak melatih dan mengelola diri secara teratur, merasa tidak memiliki fisik dan kondisi kejiwaan yang baik, sulit tertawa dan kurang rasa humor, tidak menyukai diri sendiri, kurang keseimbangan diri, cenderung agak sinis, pesimis, sulit termotivasi dll).
4. Mengelola stres ?
Nabi SAW sebagai figur teladan perlu berjuang keras melalui do’a sekaligus evaluasi harian setiap pagi dan sore. Ia selalu berlindung kepada Allah dari 8 pangkal penyakit mental penyebab stres, yakni :
- Obsesi/ pikiran yang mengganggu ( ham )
- Kesedihan ( huzn )
- Ketidakberdayaan ( ‘ajz )
- Kemalasan/ kurang motivasi ( kasal )
- Kekikiran ( bukhl )
- Ketakutan ( jubn )
- Problem keuangan ( ghalabatid dain )
- Tekanan orang lain ( qohril rijal )
Nabi SAW mengajarkan kita untuk mengelola stres, antara lain melalui metode pembebasan diri dari pikiran yang mengganggu dengan berfikir rasional dan bersikap mental efisien. Caranya ? Berlatihlah agar kita terbiasa bersikap FARPS (sebuah istilah dalam manajemen kepribadian), yaitu :
- Fleksibel (tidak hanya menggunakan satu sudut pandang saja dalam melihat berbagai kejadian).
- Adaptif (terbuka secara selektif).
- Rasional (gabungan argumentatif antara realisme dan idealisme).
- Positif (itikad, niat dan tekad kuat dan baik disertai keyakinan).
- Solusi (tidak suka meratap/ mengeluh tetapi mencari jalan keluar yang terbaik).
Selain itu, kita dapat menanamkan 10 keyakinan rasional – sebagai rumusan dari nilai-nilai Islam – pada diri kita untuk mengatasi keyakinan irasional. (ditemukan oleh Dr. Albert Ellis, psikolog kondang Amerika). 10 keyakinan rasional tersebut yaitu :
- Saya harus dicintai dan disukai oleh orang-orang penting dalam hidup saya.
- Orang-orang yang ingin serba sempurna (perfeksionis) biasanya mempunyai kadar stres yang tinggi. Menurut saya ini sama sekali tidak perlu. Saya hanyaperlu berusaha dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, perkara hasil saya serahkan sepenuhnya kepada Allah (tawakal).
- Sekedar menghukum dan menyalahkan diri sendiri tidak akan menyelesaikan masalah. Saya harus memulai amal yang lebih baik.
- Saya akan berbuat yang terbaik bagi hidup dengan kesiapan mental untuk menerima kegagalan – sebagai sunatullah dan konsekuensi iman kepada takdir dengan penuh tawakal.
- Masalah dapat muncul dari peristiwa yang tak terelakkan, tetapi saya harus tetap dapat mengendalikan reaksi secara benar dan positif.
- Kekhawatiran memang diperlukan, namun tidak boleh membawa kepada kondisi yang banyak merenggut banyak pikiran dan emosi sehingga menekan jiwa saya.
- Tekanan dalam hidup tidak dapat dihindarkan. Saya harus mencari jalan keluar (solusi) dari situasi sulit dan menekan tersebut.
- Percaya diri dan bergantung pada diri sendiri memang harus dibangun, tetapi harus dibarengi dengan keyakinan pada kekuata Illahi dan kesiapan mental untuk meminta bantuan orang lain.
- Terhadap masalah yang ada, sikap yang harus saya bangun adalah tidak boleh pasrah menyerah dan tetap berfikir kedepan untuk memperbaiki dan mengatasinya.
- Sikap emosional, sentimentil dan empatif terhadap orang lain tidak boleh menenggelamkan saya dalam kesedihan berlebihan yang menambah keburukan. Saya harus mengubahnya menjadi sebuah motivasi untuk memberikan manfaat dan bantuan kepada orang tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda Berkomentar, Namun Tetap Jaga Kesopanan dengan Tidak Melakukan Komentar Spam... My Diary Sangat Menyanjung Persahabatan dan Cinta.... Salam Untuk Semua Sahabat My Diary.